Sabtu, 10 Januari 2015

Keunggulan Kuliah di Luar Negeri



KENAPA HARUS KULIAH DI LUAR NEGERI?
KEUNGGULAN, MANFAAT, DAN DAMPAKNYA

Oleh : Soeksmono Atmowardojo

Di suratkabar, beberapa website, atau di majalah dinding beberapa kampus sekolah sering terpampang iklan mengenai sekolah di luar negeri. Kebanyakan perguruan tinggi di luar negeri yang sering mengiklankan berasal dari negara-negara berbahasa Inggris. Dan ketika para orang tua siswa yang ingin melanjutkan studi di luar negeri yang kekuatan finansialnya cukup alias tidak berlebih kadang terlihat mengernyitkan dahi, membaca sambil menghitung anggaran yang saya yakin tidak sedikit. Saya pernah amati dari sekian perguruan tinggi (universitas) yang ada di negara-negara berbahasa Inggris pada umumnya berbiaya mahal. Apalagi kalau universitas yang diminati lumayan terkenal, wah bisa jadi sangat mahal seperti Oxford, Harvard, Princeton, Stanford, MIT, atau Yale. Kenapa ya harus kuliah di luar negeri?

Kalau ada uang lebih, kenapa tidak?
Kalau memang pintar atau bahkan sangat pintar kenapa tidak melamar beasiswa andai uang jadi kendala?
Kalau ada kesempatan seperti ada saudara yang tinggal di Eropa atau di belahan dunia lain, atau mumpung selagi ada orang baik yang mau bayari, ya kenapa tidak?

Apa sih untungnya?
Di luar negeri (cakupannya luas sekali ya, bisa di Eropa, Amerika, Australia, dan belahan dunia yang lain), tersedia begitu aneka ragam jurusan kuliah yang ada. Bahkan yang short course untuk aneka skill apapun ada. Misal pertambangan minyak, teknik perkayuan, pengolahan dan pembuatan parfum, sampai jurusan yang aneh-aneh pun ada seperti khusus mendalami serangga, biota laut, atau luar angkasa. Jadi tersedia lebih beraneka ragam pilihan.
Pilihlah negara maju untuk kuliah, karena rata-rata mereka sudah punya nama, yang lebih dibutuhkan sebenarnya adalah jaringan alumninya. Negara Asia yang terkenal dengan jaringan alumninya yang saling bantu adalah India dan Cina. Dengan didukung jaringan alumni yang kuat akan memudahkan setelah lulus untuk memperoleh pekerjaan.
Nilai etika dan wawasan berpikir yang bersifat universal, ini nilai plus di saat bisa kuliah di luar negeri, dan sungguh jarang bisa diperoleh apabila kuliah di dalam negeri. Menghargai dan cara bersikap toleran pada perbedaan, cara bersikap, dan pembentukan pola pikir, ini yang sering saya temukan pada para pribadi lulusan luar negeri pada umumnya. Pada umumnya ya, tidak semuanya, karena saya juga pernah bertemua orang yang lulusan luar negeri tapi ternyata kok biasa-biasa saja, jadi hal tersebut tetap kembali ke pribadi masing-masing orang. Yang saya yakini adalah lingkungan di luar negeri khususnya negara maju dan berbudaya kuat akan membentuk kepribadian tersendiri, contoh saya punya teman kalau di Indonesia sering saya ingatkan agar jangan buang sampah sembarangan, begitu mendarat di Bandara Changi, Singapura, saya tidak pernah melihat kebiasaan membuang sampah. Bahkan teman-teman eks TKW Hongkong yang sudah bekerja di sana minimal 3 tahun, saya jelas melihat dan merasakan cara berpikir dan bersikap yang berbeda dari sebelum mereka berangkat.
Lulus dari institusi pendidikan apalagi yang sudah punya nama dan lulusannya pandai, tidak hanya pandai sekolahnya saja namun juga pandai bergaul, akan memiliki potensi “leverage” (daya ungkit) yang berbeda dibandingkan dengan lulusan dalam negeri. Maksud saya daya ungkit di sini adalah potensi gaji dan posisi pekerjaan yang akan ditawarkan, dengan kondisi melamar pekerjaan di dalam negeri (Indonesia). Apalagi sebelumnya memiliki pengalaman kerja di negara dimana belajar. Contoh, seorang eksekutif bank asing di Indonesia, lulusan dari manajemen perbankan, universitas terkenal di Inggris, dia hanya butuh waktu 4 tahun sejak lulus untuk menempati posisi tersebut, sementara yang lulusan dalam negeri bisa jadi butuh waktu lebih dari 10 tahun, dan itupun belum tentu.
Semakin banyak negara yang disinggahi, maksud saya seperti pendidikan SMA di Australia, S1 di Inggris, S2 di Rusia, maka di CV akan terkesan menjadi suatu pribadi yang sangat “internasional”, bisa beradaptasi, dan pribadi yang sangat toleran terhadap perbedaan. Hal ini tentu akan membuat kesempatan untuk bisa bekerja dimana saja, tergantung dari spesialisasi keahlian dan bidangnya tentunya. Kesempatan untuk memiliki pengalaman ini merupakan idaman banyak orang terutama para kaum muda, apalagi biasanya berbanding lurus dengan jumlah materi yang diperoleh dari waktu ke waktu.

Sumber Pembiayaan
Wah ternyata banyak keuntungannya ya tapi duitnya dari mana buat sekolah? Inilah rata-rata pertanyaan yang diajukan oleh orang tua para siswa yang minat kuliah di luar negeri. Ada banyak cara, asal ada kemauan, keberanian, ambil resiko, dan waktu. Uang memang bukan segalanya, namun hampir segalanya butuh uang. Yuk baca satu per satu, darimana aja siy duitnya?

Biaya sendiri
Bagi yang kaya, ya jelas gak masalah. Soal duit orang yang kaya insya ALLAH tahu lah ya cara ngaturnya.

Biaya nabung
Persiapkanlah dari sekarang, setidaknya 10 tahun sebelum dari usia untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Cukup 500 ribu rupiah per bulan, usahakan dengan 2 cara yakni masuk ke asuransi pendidikan seperti axa mandiri, bumiputera, prudential, dan masih banyak lagi. Dengan membayar premi maka skema pengembangan nilainya akan lebih meningkat dibandingkan dengan hanya sekedar menabung biasa. Yang kedua dengan cara, belikanlah emas batangan yang ada di pegadaian. Hal ini untuk melindungi nilai rupiah, karena emas kapanpun selalu tetap nilainya. Untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi top di luar negeri ya setidaknya menyisihkan sampai 5 juta rupiah per bulan.

Beasiswa
Lha yang satu ini merupakan cara yang saya pribadi kurang cocok, karena cara ini benar-benar mengandalkan pikiran, keuletan, dan belajar yang tekun. Usahakan survey dan cari berbagai sumber, jangan hanya sebatas negara-negara tertentu saja. Rusia setiap tahun selalu konsisten memberikan beasiswa ke warga negara Indonesia dengan besaran 50% dan 50%-nya ditanggung pribadi. Banyak sekali penawaran beasiswa yang bertebaran, tinggal pintar-pintarnya kita untuk pilih sesuai dengan kemampuan dan minat.

Apprentice / Kerja paruh waktu
Sediakan uang secukupnya atau yang memang hanya memiliki keterbatasan dana, jangan khawatir, ambillah kursus singkat atau yang setara diploma satu, seperti kursus masak, tukang kayu, tukang dekorasi, komputer administrasi, dan masih banyak lagi, cari yang sesuai dengan minat dan pangsa lowongan kerja di negara tersebut. Setelah lulus, segera cari kerja di negara tersebut, setelah uang terkumpul cukup, lanjutkan cita-cita anda.

Sumber biaya bukanlah masalah besar selama masih ada kemauan, rajin berdoa, dan masa persiapan yang cukup, saya sangat yakin pasti bisa, sudah begitu banyak tokoh yang jadi inspirasi buat kita. Salah satunya adalah Andre Hirata, di novelnya ”Laskar Pelangi”, atau Iwan Setyawan di novelnya ”9 summer, 10 autumn”, jadi bacalah novel-novel tersebut sebagai pembuka dan pendorong motivasi kita.

Usahakan dari bangku SMP atau kelas 7 sudah disadari potensi dan keunggulan yang dimiliki, agar pada saat nanti mau melanjutkan bangku kuliah sudah benar-benar mantap dengan pilihan studi yang diimpikan. Berikut ini negara-negara yang menurut saya sangat terjangkau dengan biaya dan kesempatan untuk bisa bekerja paruh waktu :
Rusia, Jerman, Prancis, dan beberapa negara di Eropa Timur seperti Polandia, Hungaria, Rumania, Ceko, Slovak, dan lainnya biaya pendidikannya terkenal murah, tapi jangan ambil kelas internasional ya, harganya jelas beda. Bahkan untuk jurusan kedokteran biayanya ada yang lebih murah daripada universitas top di Indonesia lho. Di Rusia, jurusan kedokteran malah biaya semesternya total sekitar 36 juta rupiah, data per tahun 2013. So ambillah studi dengan bahasa pengantar bahasa lokal. Hehehe kalau mau murah ya sedikit usaha ekstra untuk belajar bahasa setempat.
Untuk studi agama Islam, Al Azhar di Mesir yang umumnya jadi favorit, ini negara juga berbiaya hidup terjangkau dan tentu ada kesempatan untuk bekerja paruh waktu, malah bisa dagang. Banyak negara di timur tengah untuk jurusan studi keagamaan biaya pendidikan yang harus dibayar sangat terjangkau. Untuk studi agama, pada umumnya tidak terlalu komersial.

Tulisan ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang ada, dan bukan berarti pendidikan di Indonesia tak berkualitas dan tanpa harapan, masih ada beberapa universitas top di Indonesia seperti UI, ITB, dan UGM yang bisa diandalkan. Tapi ingat usahakan ambil pendidikan S1-nya, kenapa? Karena jaringan alumninya saling membantu dan memiliki ikatan emosional yang sangat bagus, berbeda kalau hanya ambil S2-nya. Sekali lagi ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama penulis bergaul dengan para alumni. Mungkin universitas top yang lain di Indonesia ada juga kali ya, dan mohon maaf untuk keterbatasan referensi penulis.
Semoga tulisan ini bermanfaat buat yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri, siapapun bisa, selama punya kemauan kuat dan persiapan yang cukup. Jangan sia-siakan usiamu, ayolah dari sekarang, kita persiapkan.



Pemateri dan Penulis :
Soeksmono Atmowardojo
Penggiat dan aktif dalam kegiatan pemberdayaan para pelaku UMKM, yakni mengadakan pelatihan, konsultasi, dan pendampingan usaha bagi para pelaku UMKM. Penulis juga aktif sebagai motivator, trainer, dan blogger. Baca tulisan-tulisan saya di :
penaturis.blogspot.com ; penaarsitek.blogspot.com ; dan inspirasiumkm.blogspot.com
Email : monocinde@gmail.com
HP : 085322879799

Tidak ada komentar:

Posting Komentar